MUBTADA 10

Senin, 12 Maret 2012

Objek Linguistik

OBJEK LINGUISTIK
Setiap kegiatan yang sifatnya ilmiah tentu mempunyai obek kajian. Begitu juga dengan linguistik. Objek linguistik adalah bahasa. Namun ada juga disiplin ilmu lain yang menjadikan bahasa sebagai objek sampingannya. Oleh karena itu kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bahasa itu sendiri, agar kita bisa memahami bagaimana pendekatan linguistic terhadap objeknya.

PENGERTIAN BAHASA
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Definisi bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentcono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.”[1]
Istilah bahasa sering dugunakan dalam arti kiasan dan dalam arti harfiah. Bahasa yang digunakan dalam arti kiasan seperti "bahasa tari", "bahasa tubuh", "bahasa alam", dan sebagainya. Adapun arti bahasa dalam arti harfiah seperti yang kita temukan dalam ungkapan seperti "ilmu bahasa", "bahasa Indonesia", "Bahasa Inggris", dan lain sebagainya.
Dalam pengertian demikian maka kita akan mengenal istilah langage, langue, dan parole. Langange yaitu objek yang paling abstrak, karena dia berwujud bahasa secara universal. Langue yaitu objek yang abstrak, karena langue itu berwujud system suatu bahasa tertentu secara keseluruhan. Sedangkan parole yaitu objek konkret, karena parole itu berwujud ujaran nyata yang diucapkan.[2]

HAKIKAT BAHASA
Ciri atau sifat bahasa berdasarkan pendapat dari beberapa pakar, yaitu:
Bahasa adalah sebuah sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan.
Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistik atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.

Bahasa sebagai lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan simbol dengan pengertian yang sama.Lambang termasuk dalam bidang kajian ilmu semiotika/semiologi ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dari AS dan Ferdinand de Saussure dari Eropa yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam kehidupan manusia.
Perbedaan yang mendasar mengenai tanda dengan lambang yaitu istilah tanda dalam bidang semiotika adalah sesuatu yang dapat mewakili ide, pikiran, benda, perasan, dan tindakan secara langsung atau alamiah. Misal, apabila kita melihat rumput dihalaman basah berarti menjadi tanda telah turun hujan.
Sedangkan lambang atau simbol menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan konvensional. Misal, bendera kuning dijadikan tanda akan adanya kematian.
Tanda-tanda lain yang dijadikan objek dalam kajian semiotika yaitu :[3]
a.       Gerak isyarat (gesture)
yaitu gerak anggota badan tanpa bersifat imperatif.
b.      Gejala (symptom)
yaitu suatu tanda yang tidak disengaja.
c.       Ikon yaitu tanda yang paling mudah dipahami karena mirip dengan sesuatu
yang diwakili.
d.      Indeks yaitu tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang lain.
e.       Kode yaitu gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan, ide, benda, yang disepakati dengan maksud tertentu.

Bahasa adalah bunyi
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan,yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik, hanyalah bersifat sekunder.

Bahasa itu bermakna
Lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna dan berupa satuan-satuan
bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat,, dan wacana.

Bahasa itu arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berbah-ubah, tidak tetap. Sedangkan yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Ferdinand de Saussure dalam dikotominya membedakan apa yang disebut
signifiant dan signifie. Signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant.[4]
Dalam peristilahan Indonesia digunakan istilah penanda untuk signifiant dan istilah petanda untuk konsep yang dikandungnya. Hubungan antara signifiant (penanda) dengan signifie (petanda) itulah yang bersifat arbitrer atau tidak ada hubungan wajib antara keduanya. Kearbitreran bahasa terlatak pada hubungan antara lambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya. Onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi) ini lambangnya memberi saran dan petunjuk bagi konsep yang dilambangkan, jadi dapat dikatakan konsep yang dilambangkannya tidak bersifat arbitrer.

Bahasa itu konvensional
Penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional, artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep yang mewakilinya. Kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang yang sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.

Bahasa itu produktif
Bahasa dikatakan produktif, apabila unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi
dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu mampu dibuat satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski sesuai dengan sistem yang berlaku.
Keproduktifan bahasa memang ada ada batasnya. Dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan langue.
Keterbatasan pada tingkat parole adalah ketidaklaziman bentuk yang digunakan. Misalnya: bentuk memperbaiki dan bentuk memperbetuli tidak berterima karena tidak lazim. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan dibatasi oleh sistem yang berlaku. Misal:bentuk memberlakukan dan pemertahanan adalah bentuk baru yang berterima yang tidak menyalahi kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia.


Bahasa itu unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas yang speifik yang tidak dimiliki bahasa lain. Ciri khas ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata,kalimat atau sistem lainnya. Saah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat. Misalnya: Dia menangkap ayam, tekanan dibrikan pada dia, makna kalimat itu adalah bahwa yang melakukan tindakan menangkap ayam adalah dia, tindakan yang dilakukan menangkap, dan yang ditangkap adalah ayam.

Bahasa itu universal
Bahasa itu bersifat universal, artinya ada ciri-ciri yang sama dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Bukti lain dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna.Misalnya: mempunyai 6 buah vokal dan 22 buah konsonan, bahasa Arab mempunyai 3 buah vokal pendek dan 3 buah vocal panjang serta 28 buah konsonan, dan bahasa Inggris mempunyai 16 buah vocal (termasuk diptong) dan 24 buah konsonan.[5]

Bahasa itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.
Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan itu dengan manusia, sedangkan
dalam kehidupannya didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, sehingga bahasa manjadi ikut berubah, tidak tetap, dan menjadi statis sehingga bahasa itu di sebut dinamis.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, sematik, maupun leksikon. Dalam bidang fonologi, misalnya: Bahasa Indonesia dulu belum mengenal fonem f, kh, sy.


Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Misalnya anggota masyarakat bahasa terdiri dari berbagai orang yang berstatus sosial dan berbagai latar budaya yang tidak sama, sehingga bahasa yang digunakan menjadi bervariasi atau beragam.
Mengenai variasi bahasa ini ada 3 istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Misal karangan Sutan Takdir Alisyahbana. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang masyarakat pada suatu waktu atau tempat. Misal bahasa Jawa dialek Sunda.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dala situasi, keadaan,
atau untuk keperluan tertentu.Misal ragam bahasa bertelegram.

Bahasa itu manusiawi
Alat komuniksi manusia yang namanya bahasa bersifat manusiawi, dalam
arti milik manusia dan hanya digunakan oleh manusia.Sedangkan alat komunikasi binatang bersifat terbatas, hanya digunakan untuk hidup kebinatangngannya saja.
Demikianlah di atas telah dibicarakan ciri bahasa yang dapat dianggap sebagai sifat hakiki bahasa.

BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistik, maka bagi
linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa sekunder. Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis adlah sekunder, tetapi peranan dan fungsi bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali.
Bahasa tulis bisa dibuat orang dengan dasar pertimbangan dan pemikiran serta peluang terjadinya kesalhan sangat besar., sedangkan dalam bahasa lisan setiap kesalahan bisa segera diperbaiki, lagi pula bahasa lisan sering dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.

Fungsi bahasa
Dari paparan diatas kita bisa mengetahui apa fungsi bahasa setidaknya ada tiga, yaitu:
1.      Untuk berkomunikasi dengan sesame manusia,
2.      Untuk bekerjasama dengan sesame manusia,
Untuk mengidentifikasi diri.


[1] Abdul Chaer, linguist umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 32
[2] Ibid., Hlm. 31
[3] http//:www.cakrabuwana.files.wordpress.com
[4] Abdul Chaer, linguist umum, Op. cit., Hlm. 46
[5] Ibid, hlm. 52

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda