Cinta dan Kasih Sayang
BAB I
PENDAHULUAN
Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta, baik cinta terhadap Rabb-nya, maupun cinta terhadap alam, cinta terhadap harta, tahta, wanita, dan sebagainya. Di era sekarang ini cinta lebih diidentikan dengan cinta terhadap lawan jenis, terlebih di kalang remaja dan pemuda, bahkan tidak ketinggalan pula kalangan lansia. Sebagaiman kita ketahui bahwasannya segala sesuatu itu mempunya nilai positif dan negatif. Begitupun dengan cinta. Cinta mempunyai nilai positif dan negatif. Yang jadi pertanyaan, cinta yang seperti apakah yang mempunyai nelai positif, dan cinta yang seperti apakah yang mempunyai nilai negatif?
Berkenaan dengan itu, dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan materi yang berhubungan dengannya, yang akan dibahas dalam bab berikutnya, yakni bab pembahasan.
.
BAB II
PEMBAHASAN
Cinta dan Cinta Kasih
Setiap orang memiliki rasa cinta yang bias diungkapkan atau dilampiaskan pada banyak hal. Sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia adalah wanita, atau lawan jenisnya, anak, harta, rumah, kendaraan, dan segala jenis keindahan dan kenikmatan dunia. Cinta yang paling tinggi dan mulia diantara cinta yang lain adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Setiap orang memiliki cinta dan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui maknanya. Artinya seseorang hanya bias mersakan cinta tanpa mengetahui dan memahamai apa makna cinta. Berdasarkan hal itu, ketika bendera cinta diangkat, seseorang dengan mudah keluar dari jeratan hukum. Seseorang yang melakukan zina dengan mudah tanpa mempunyai rasa malu mengatakan, "Kami sama-sama cinta, dan suka sama suka." Karena alasan cinta orang tua membiarkan anaknya melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Dengan alasan cinta pula seorang suami melepas dan membiarkan istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa ada rasa cemburu sedikit pun.
Demikianlah, apabila kebodohan telah melanda dan menyelimuti kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolak ukur. Dalam keadaan seperti ini, seseorang telah membuka pintu bagi setan untuk tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan landasan bagi Allah, pembolehan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (١٤)
Artinya:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran: 14)
Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Dalam haditsnya dari Tsauban, Rasulullah SAW. mengatakan, "Hampir-hampir orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan. Seseorang berkata: 'Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?' Rasulullah menjawab, 'Kalian saat itu banyak, tetapi kalian bagaikan buih diatas air dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan mencampakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn.' Seseorang bertanya, 'Apakah yang dimaksud dengan al-wahn, wahai Rasulullah?' Rasulullah menjawab, 'Cinta dunia dan takut mati.' (HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syeikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bias dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan, "Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan apabila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu), melainkan menambah kabur dan tidak jelas, berarti definisi cinta itu adalah cinta itu sendiri."
Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam amalan lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, ia akan menjadi ibadah. Sebaliknya, apabila cinta itu tidak sesuai dengan ridha-Nya, maka cinta itu akan menjadi nilai negative, bahkan maksiat. Dengan demikian, jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang apabila keliru dalam penempatannya akan menjatuhkan kita ke dalam jurang kemaksiatan yang dimurkai Allah dan bias menjadi kemusyrikan.
Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam madarijus slikin bekata, "Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah, lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:
قلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)
Artinya:
"Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31).
Mereka (sebagian salaf) berkata, "(QS. Ali Imran: 31) ' niscaya Allah akan mencintai kalian', adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah, serta faedahnya. Bukti dan tanda (cinta, faedah, dan buahnya adalah kecintaan kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah, maka kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah, maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang."
Apabila demikian keadaannya, mendasarkan cinta kepada orang lain kepada-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah SAW. bersabda, "tiga hal yang apabila ketiganya ada pada dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaknya Allah dan Rasulnya lebih ia cintai selain daripada selain keduanya, dan hendaklah ia mencintai seseorang dan tidak mencintainya, melainkan karena Allah, dan hendaklah ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan ia dari kekufuran itu sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Bukhari)
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa diantara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:
1. Membaca Al-Qur'an, menggali dan memahami isi kandungannya;
2. Mendekatkan diri dengan melaksanakan amalan-amalan sunah setelah melaksanakan yang wajib;
3. Berdzikir setiap saat dalam setiap keadaan;
4. Mengutamakan kecintaan kepada Alla di atas kecintaan ketika bergejolaknya nafsu;
5. Hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya;
6. Menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.
7. Tunduknya hati di hadapan Allah;
8. Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun ke langit dunia;
9. Duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur;
10. Menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah.
Cinta adalah sebuah perasaan ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lain menagatakan, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objaek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih saying, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Para pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini dalam pengertian yang rumit, antara lain mereka membedakan:
a. Cinta terhadap keluarga;
b. Cinta terhadap teman;
c. Cinta yang romantic atau disebut juga asmara;
d. Cinta yang merupakan hawa nafsu atau cinta eros;
e. Cinta sesame atau disebut juga kasih saying;
f. Cinta diri sendiri, yang disebut narsisme;
g. Cinta terhadap sebuah konsep tertentu;
h. Cinta terhadap keluarganya atau disebut juga patriotisme;
i. Cinta terhadap bangsa atau nasionalisnme.
Definisi lain tentang cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
1. Knowlwdge (pengenalan)
2. Responsibility (tanggung jawab)
3. Care (perhatian)
4. Respect (saling menghormati)
Cinta berada disemua kebudayaan manusia, maka dengan dengan demikian pendefinisian cinta pun sulit ditetapkan.
Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada jiwa atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, dan lain-lain. Cinta lebih mengarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.
Dalam agama Islam, cinta terbagi pada tiga tahap, yaitu:
1. Cinta agung, yaitu cinta kepada Allah, Rasul, dan Islam serta berjihad untuk membuktikannya;
2. Cinta pertengahan, yaitu cinta kepada sesame manusia (ibu-bapak, anak-istri, kerabat, dan sahabat);
3. Cinta bawahan, yaitu mencintai sesuatu melebihi cinta kepada Allah, Rasul, dan Islam.
Bedasarkan ketiga jenis cinta di atas, tidak ada salahnya bercinta, apalagi jika bercinta itu menambah keimanan kita terhadap Allah. Cinta yang ditentang oleh Islam adalah cinta yang dicemari dengan maksiat serta berteraskan nafsu. Sebaliknya, mereka yang memupuk cinta dengan berpegang pada ajaran agama tidaklah melakukan kesalahan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dengan akal, berbeda dengan binatang, yang tidak diberikan akal oleh Allah. Maka sudah seharusnyalah manusia menggunakan akalnya dalam setiap kegiatannya termasuk dalam menjalankan cinta.
BAB III
PENUTUP
Cinta adalah suatu perasaan yang dimiliki oleh setiap orang. Cinta bisa bernilai positif dan memberikan manfaat, bahkan pahala, apabila cinta itu dipupuk dengan nilai-nilai positif dan tidak melenceng dari rel agama. Sebaliknya, cinta bisa bernilai negatif dan memberikan mafsadat, bahkan menimbulkan dosa, apabila cinta itu dipupuk dengan hawa nafsu dan keluar dari rel agama. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal kita harus bisa membedakan antara cinta yang boleh kita jalani dengan cinta yang harus kita jauhi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, Ramdani, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Al-Jauziah, Ibnu Al-Qayyim, Madarijus salikin, jilid iii.Label: Ilmu Budaya Dasar
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda